”Tidak ada hubungan secara langsung, tetapi kemungkinan besar gempa di Padang memicu gempa bumi di Jambi,” kata guru besar dan ahli gempa Institut Teknologi Bandung, Sri Widiantoro, di Bandung, Kamis.
Secara terpisah, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono menyebutkan, gempa bumi di Jambi merupakan dampak gempa di Sumbar. ”Gempa di Sumbar memicu sesar di darat, yang akhirnya memicu terjadinya gempa di Jambi,” katanya di Sleman, Yogyakarta.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, gempa bumi di Padang pada Rabu (30/9) pukul 17.16 berpusat di 0,84 Lintang Selatan, 99,65 Bujur Timur, dan berada di kedalaman 71 kilometer dari permukaan laut. Pusat gempa sekitar 57 km barat daya Padang Pariaman, Sumbar.
Gempa bumi di Jambi dengan kekuatan 7,6 skala Richter berpusat di 2,44 Lintang Selatan, 101,59 Bujur Timur di kedalaman 10 km dari permukaan laut.
Sri mengatakan, gempa bumi di Jambi berbeda dengan di Padang. Di Padang, gempa terjadi karena zona subduksi Lempeng Eurasia dan Indo-Australia. Pola gempanya adalah
Sesar Sumatera Besar adalah patahan yang memanjang di darat di Nanggroe Aceh Darussalam melewati laut dan berakhir di Ujung Kulon, Banten, sepanjang lebih dari 1.000 kilometer.
Dengan terjadinya dua gempa itu, lanjut Sri, kewaspadaan harus terus ditingkatkan, khususnya zona subduksi di Kepulauan Mentawai. Ada potensi terjadi pelepasan energi di sekitar Mentawai sepanjang 300 kilometer antara Nias dan Simeleu serta jika bergerak bersama dapat menimbulkan gempa bumi berkekuatan 8 skala Richter. Kejadian subduksi terakhir di Mentawai terjadi pada tahun 1833 dengan kekuatan sekitar 8 skala Richter.
Gunung api
Surono, menyebutkan, gempa bumi di Sumatera Barat berdampak pada meningkatnya aktivitas vulkanik di wilayah tersebut. Satu titik api sempat terlihat di Gunung Talang, Kabupaten Solok, yang berjarak sekitar 40 kilometer dari Padang. ”Titik api diam itu terlihat di Gunung Talang, Kamis pukul 03.00 hingga 04.00, tetapi tidak ada letusan,” katanya.
Menurut Surono, dampak gempa juga membuat aktivitas getaran energi di gunung berapi setinggi 2.597 meter di atas permukaan laut itu semakin besar. Namun, status gunung bertipe stratovulkanis tersebut masih dinyatakan normal. ”Begitu juga dua gunung berapi lain di Sumbar, yakni Gunung Tandikat dan Gunung Marapi, aman-aman saja,